PRAKATA PENULIS
ima vo havya cakrma jusadhvam,
ta a gata avasa samtamena
atha nah sam yor aravo dadhata
Rgveda X. 15. 4.
[Wahai para leluhur yang duduk bertebaran,
datanglah kemari dengan (membawa) pertolongan,
upacara (tulisan) ini kami persembahkan untuk anda,
semoga anda berbahagia,
Datanglah dengan pertolongan bermanfaat,
karuniailah kami kesehatan,
rahmat dan bebaskan dari keperihan.]
Om Swastyastu,
Puji syukur dipanjatkan ke hadapan Hyang Widhi serta Ida Bhatara - Bhatari yang berstana di Pura Dalem Sarin Bwana, roh suci para leluhur yang telah memberikan tuntunan dan kerahayuan kepada kami sekeluarga sehingga naskah buku ini berhasil dirampungkan.
Penulis hanyalah seorang pamupul mengumpulkan naskah yang ditinggalkan para pendahulu, baik berupa salinan prasasti, purana, piagem, prakempa, babad yang telah di alih aksara dan diterjemahkan oleh Pura setempat, Kantor Kebudayaan Bali, Museum, Balai Arkeologi, Griya, Perpustakaan, di rumah penekun sastra atau dari tetua warga, bahkan kliping koran pun kami kumpulkan. Setelah terkumpul seluruh salinan teks itu dan dirunut menurut angka tahun dan nama raja yang berkuasa akan kelihatan nama samar,beda nama tetapi orangnya satu. Dalam purana nama raja masih memakai nama keluarga sedangkan dalam prasasti akan berganti nama sesuai gelar yang diberikan oleh kerajaan.
Buku ini tidak akan terwujud tanpa dukungan dari berbagai pihak, terutama terimakasih dihaturkan kepada Bapak Drs. I Wayan Gede Bargawa, dari Banjar Gelulung,Sukawati, Gianyar. Beliau telah susah payah, mencari, menggali, mengalih aksara dan menterjemahkan naskah kuno Piagem Dukuh Gamongan, lontar milik Griya Tegeh Budakeling, Karangasem. Dalam lontar ini tercatat dengan jelas jejak-jejak perjalanan hidup Sri Batu Putih yang ada di Jimbaran saudara kandung dengan Sri Batu Ireng setelah menjadi raja disebut Sri Astasura Ratna Bumi Banten. Purana Pura Puseh Gaduh, lontar
milik Pura Puseh, Desa Adat Blahbatuh, Lontar Aji Murti Siwasana, milik Desa Adat Gamongan, Karangasem dan beberapa lontar lainnya.
Suksma dahat, petugas Balai Arkeologi (Balar) Denpasar dan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Gianyar, Wilayah Kerja Bali, NTB, NTT telah menginventarisasi dan konservasi peninggalan arca – arca di Pura Dalem Sarin Bwana.
Terimakasih kepada Kadis Kelautan Badung I Made Badra, Bapak Camat Kuta Selatan, Bapak Lurah Jimbaran, Kelian Desa Adat Jimbaran dan staf telah membantu dalam kelancaran penulisan buku ini.
Juga penulis mengucapkan terimakasih kepada Jero Mangku Made Suatjana, pengalihaksara Purana, juga pangempon Pura Dalem Sarin Bwana, semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, tidak henti-hentinya memberikan semangat dan bantuan materi lainnya demi kelancaran buku ini.Tentu, naskah ini tidaklah sempurna sebab penulis tidak menyaksikan peristiwa sejarah masa lampau dan sangat kontradiktif dengan kenyataan yang ada dilapangan.Tergantung penulis hendak menguraikan kisah kehidupan dari sisi yang mana, apakah kisah kehidupan pendahulu hendak didongengkan, disucikan, dibudayakan, atau dipolitisir, tentunya membawa dampak bagi generasi tentang sejarah Bali. Penulis dengan senang hati menerima segala bentuk kritik demi perbaikan buku ini, yang tentunya kritik tersebut diwujudkan dalam bentuk buku, sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan.
Akhir kata, penulis mohon maaf atas keterbatas yang dimiliki dalam menguraikan sejarah perjalanan Dalem Putih (Sri Batu Putih) yang ada di Jimbaran, semoga amal baik semua pihak dalam membantu kelancaran naskah buku ini mendapatkan sinar suci-Nya. Semoga buku ini ada manfaatnya.
Terimakasih kepada Kadis Kelautan Badung I Made Badra, Bapak Camat Kuta Selatan, Bapak Lurah Jimbaran, Kelian Desa Adat Jimbaran dan staf telah membantu dalam kelancaran penulisan buku ini.
Juga penulis mengucapkan terimakasih kepada Jero Mangku Made Suatjana,pengalihaksara Purana, juga pangempon Pura Dalem Sarin Bwana, semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, tidak henti-hentinya memberikan semangat dan bantuan materi lainnya demi kelancaran buku ini.
Tentu, naskah ini tidaklah sempurna sebab penulis tidak menyaksikan peristiwa sejarah masa lampau dan sangat kontradiktif dengan kenyataan yang ada dilapangan. Tergantung penulis hendak menguraikan kisah kehidupan dari sisi yang mana, apakah kisah kehidupan pendahulu hendak didongengkan, disucikan, dibudayakan, atau dipolitisir, tentunya membawa dampak bagi generasi tentang sejarah Bali. Penulis dengan senang hati menerima segala bentuk kritik demi perbaikan buku ini, yang tentunya kritik tersebut diwujudkan dalam bentuk buku, sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan.
Akhir kata, penulis mohon maaf atas keterbatas yang dimiliki dalam menguraikan sejarah perjalanan Dalem Putih (Sri Batu Putih) yang ada di Jimbaran, semoga amal baik semua pihak dalam membantu kelancaran naskah buku ini mendapatkan sinar suci-Nya. Semoga buku ini ada manfaatnya.
Om Shanti Shanti Shanti Om
Terimakasih kepada Kadis Kelautan Badung I Made Badra, Bapak Camat Kuta Selatan, Bapak Lurah Jimbaran, Kelian Desa Adat Jimbaran dan staf telah membantu dalam kelancaran penulisan buku ini.
Juga penulis mengucapkan terimakasih kepada Jero Mangku Made Suatjana, pengalihaksara Purana, juga pangempon Pura Dalem Sarin Bwana, semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, tidak henti-hentinya memberikan semangat dan bantuan materi lainnya demi kelancaran buku ini.Tentu, naskah ini tidaklah sempurna sebab penulis tidak menyaksikan peristiwa sejarah masa lampau dan sangat kontradiktif dengan kenyataan yang ada dilapangan.Tergantung penulis hendak menguraikan kisah kehidupan dari sisi yang mana, apakah kisah kehidupan pendahulu hendak didongengkan, disucikan, dibudayakan, atau dipolitisir, tentunya membawa dampak bagi generasi tentang sejarah Bali. Penulis dengan senang hati menerima segala bentuk kritik demi perbaikan buku ini, yang tentunya kritik tersebut diwujudkan dalam bentuk buku, sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan.
Akhir kata, penulis mohon maaf atas keterbatas yang dimiliki dalam menguraikan sejarah perjalanan Dalem Putih (Sri Batu Putih) yang ada di Jimbaran, semoga amal baik semua pihak dalam membantu kelancaran naskah buku ini mendapatkan sinar suci-Nya. Semoga buku ini ada manfaatnya.
Terimakasih kepada Kadis Kelautan Badung I Made Badra, Bapak Camat Kuta Selatan, Bapak Lurah Jimbaran, Kelian Desa Adat Jimbaran dan staf telah membantu dalam kelancaran penulisan buku ini.
Juga penulis mengucapkan terimakasih kepada Jero Mangku Made Suatjana,pengalihaksara Purana, juga pangempon Pura Dalem Sarin Bwana, semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, tidak henti-hentinya memberikan semangat dan bantuan materi lainnya demi kelancaran buku ini.
Tentu, naskah ini tidaklah sempurna sebab penulis tidak menyaksikan peristiwa sejarah masa lampau dan sangat kontradiktif dengan kenyataan yang ada dilapangan. Tergantung penulis hendak menguraikan kisah kehidupan dari sisi yang mana, apakah kisah kehidupan pendahulu hendak didongengkan, disucikan, dibudayakan, atau dipolitisir, tentunya membawa dampak bagi generasi tentang sejarah Bali. Penulis dengan senang hati menerima segala bentuk kritik demi perbaikan buku ini, yang tentunya kritik tersebut diwujudkan dalam bentuk buku, sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan.
Akhir kata, penulis mohon maaf atas keterbatas yang dimiliki dalam menguraikan sejarah perjalanan Dalem Putih (Sri Batu Putih) yang ada di Jimbaran, semoga amal baik semua pihak dalam membantu kelancaran naskah buku ini mendapatkan sinar suci-Nya. Semoga buku ini ada manfaatnya.
Om Shanti Shanti Shanti Om
Jimbaran, 24 April 2015
Made Bawa
Made Bawa
VV Purana Pura Dalem Sarin Bwana
0 komentar:
Posting Komentar