Sabtu, 30 Oktober 2010

Memuja Tuhan Dengan Memuja Langsung Alam Semesta dan Hasil Ciptaan-Nya, Sebagai Manifestasi Tuhan Yang Maha Esa/Hyang Widhi Wasa

Lokasi : Pantai KUTA


A. Memuja Tuhan Dengan Memuja Langsung Alam Semesta dan Hasil Ciptaan-Nya Sebagai Manifestasi Tuhan Yang Maha Esa

           Perkembangan peradaban manusia yang pada awalnya meyakini alam semesta dan hasil ciptaan-Nya, seperti: Aditya (dewa matahari), Agni (dewa api), Apah (dewa air), Candra (dewa bulan), Yama (dewa maut), Varuna (dewa langit), Sukra (dewa planet venus), Indra (dewa penguasa), Vayu (dewa angin), Maruta (dewa angin), Soma (dewa bulan), Om (aksara suci), serta manifestasi lain adalah sebagai media penghubung dalam pencaharian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang diucapkan oleh orang-orang suci pada zaman dahulu.
           Yang dipuja bukan benda atau alat itu, tapi misteri/spirit yang ada dibalik benda itu, yaitu: ada asal muasal, ada kehidupan, ada keindahan, ada kekuatan, ada keajaiban, ada manfaat, dan ada unsur-unsur lain yang mengikuti. Agama Hindu berusaha memuliakan hasil ciptaan-Nya, dimana kita ketahui, untuk mengetahui Tuhan ketahuilah hakikat alam dalam arti sebenarnya. Orang-orang bijak memberikan patokan hari-hari tertentu sebagai wujud syukur dan terimakasih umat kepada-Nya, misalnya: tumpek wariga, adalah hari memuliakan Tuhan dalam manifestasinya sebagai dewa sangkara, sebagai dewa tumbuh-tumbuhan yang sangat bermanfaat dalam kehidupan ini.
           Kita tidak tahu dari mana asal muasal keberadaannya, kapan dan siapa yang menciptakan keanekaragaman, tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia dan seluruh isi alam semesta ini. Umat Hindu di Bali, dalam upacara persembahyangan memakai sarana bunga, memuja Aditya/Raditya (matahari), manifestasi Tuhan sebagai dewa surya adalah aspek Tuhan sebagai saksi, pemberi penerangan dikegelapan, disamping memberikan spirit (roh) ke alam semesta ini. Ada istilah Siwa Raditya artinya Dewa Siwa pun memuja Matahari. Dan selanjutnya memuja Istadewata (dewata pujaan), serta memuja Manifestasi Tuhan yang berstana dilingkungan setempat sesuai dengan sifat dan fungsi-Nya. Dalam catatan sejarah Bali Kuno disebut: Hyang Danawa (dewa danau), Hyang Gunung (dewa gunung), Hyang Api (dewa api), Punta Hyang (dewa resi), Hyang da Tonta (dewa pancering jagat), Hyang Bukit Tunggal (dewa bukit tunggal), Hyang Karimana (dewa karimana), Hyang Pucak Tegeh (Pura Gunung Penulisan), Hyang Parama Kawi (dewa sastra), Hyang Widhi (sinar suci Tuhan), dan sebutan lainnya.

3 komentar:

om swastyastu semoga semua yg ada di bumi selalu di berkati

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

om suastiastu ,smoga kebenaran datang dari segala arah,salam damai

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More