Disamping uraian tersebut diatas, dalam pencaharian terhadap Tuhan, juga bisa dilakukan ke dalam diri, ibarat Tuhan ada dalam diri manusia itu sendiri, yaitu dengan menarik suatu kesimpulan dari penggabungan Panca Tan Matra (lima zat halus) dengan Panca Maha Bhuta (lima materi pokok) yang berhubungan dengan lima organ gerak yang ada dalam tubuh manusia yaitu:
(1) Ganda Tan Matra yang menghasilkan Pertiwi (Dewa Bumi) atau benda padat pada Panca Maha Bhuta yang berhubungan dengan bau yaitu “hidung” pada organ tubuh manusia. Kadang-kadang di suatu tempat jauh dari rumah penduduk kita menghirup aroma wangi dupa, aroma lawar, kopi susu, dan aroma khas lainnya, dan lalu kita bertanya dalam diri, dari mana sumber bau tersebut.
(2) Rasa Tan Matra yang menghasilkan Apah (Dewa Air) atau benda cair pada Panca Maha Bhuta berhubungan dengan cicip yaitu “mulut” pada organ tubuh manusia, disini air akan menghasilkan berbagai rasa yang ditimbulkan oleh tanah, berupa hasil bumi menjadi makanan yang mengandung rasa asin, pedas, pahit, manis dan lain sebagainya. Pengalaman orang-orang spiritual, air pancoran Beji (tempat suci di sumber air), yang jumlahnya puluhan, rasa air pancoran itu berbeda-beda, ada yang mendapatkan rasa asin, pedas, harum, asem, dan lain-lain sesuai karma wasana seseorang, juga kita bertanya dalam hati, dari mana sumber berbagai rasa itu.
(3) Rupa Tan Matra yang menghasilkan Teja (Dewa Agni/Api) atau cahaya, benda panas pada Panca Maha Bhuta yang berhubungan dengan “mata” pada organ tubuh manusia. Pengalaman seseorang, suatu saat kita melihat siluet ada kehidupan di suatu tempat, melihat ada pasar, ada puri, atau penampakan dan tanda-tanda alam lainnya yang tidak dapat dipecahkan oleh akal sehat, juga kita bertanya-tanya dalam hati.
(4) Sparsa Tan Matra yang menghasilkan Vayu (Dewa Angin) atau udara pada Panca Maha Bhuta yang berhubungan dengan “kulit” pada organ tubuh manusia. Para pencari pencerahan rohani akan merasakan bulu kuduk berdiri, tubuh terasa dingin, bisa sampai menangis, bergetar, kalau tak kuasa diri, disini detik-detik kerauhan, yaitu puncak pelampiasan pikiran menyatu dengan vibrasi alam sekitarnya, dan bisa kekuatan lain, dalam penyampaian pesan dan kesan dari alam kosmis, maupun sebaliknya, sangat menyenangkan, seakan-akan melepaskan seluruh beban yang ada di benak pikiran kita.
(5) Sabda Tan Matra yang menghasilkan Akasa (Dewa Langit) atau suara, ether, gas pada Panca Maha Bhuta yang berhubungan dengan “telinga” pada organ tubuh manusia adalah “metode tertinggi” yang dicari oleh para Maha Rsi Hindu zaman dahulu yaitu Sabda Tuhan (Bahasa Bali: pawisik), sumber dari kitab suci Veda.
1 komentar:
numpang copy
Posting Komentar